KOK BOLEH IKUT?
12 Agustus 2009 jam 7:57
Pagi tadi, dapat tugas menunggui anak-anak SMP gerak jalan. Berjanji dengan teman-teman guru untuk berkumpul di alun-alun sebelah selatan. Kami menggelar tikar dan menata konsumsi untuk anak-anak.
Kami duduk di pinggir trotoar. Najma dan Zahra menonton sambil mengunyah-ngunyah biskuitnya.
"Dicoret-coret, mungkin biar beda...," kata saya. Agak asal, sih.
"wah, bagus tuh, Mbak!" kata saya pada Najma dan Zahra.
"Kenapa bagus?" tanya Najma.
"Barisannya rapi, tertib. Seragamnya juga bagus," Najma manggut-manggut. Sedang Zahra tampak tak peduli. Dia sibuk sekali dengan coklatnya.
Sementara yang lainnya mengobrol dengan santai.
"Kenapa yang tinggi di depan?" Njma balik tanya.
"Supaya rapi," jawab saya. Hah, asal lagi. Dalam hati saya bertanya-tanya juga, kenapa yang tinggi harus di depan, ya? Di belakang kan boleh? Lha, jadi bingung. Sering kali, ketika anak-anak mengajukan pertanyaan, tiba-tiba saya diserang penyakit linglung. Atau lola.. hehe..
Saya berusaha mengikuti arah tangannya.
"Yang mana?" Saya masih tolah-toleh tidak mengerti.
"Yang itu... Yang depan!" tangan Zahra menunjuk ke arah barisan yang tengah berbelok ke arah kami.
"Kenapa?" saya masih belum faham.
"Yang itu, yang gendut... kok boleh ikut? Itu... yang gendut ituuuu," tangan Zahra kembali menunjuk.
Peserta yang depan, kurus-kurus dan menjulang. Kecuali yang tengah, lebar dan besar. Tampak menyolok dengan 'kebesarannya'.
"Kenapa yang gendut boleh ikut?" Zahra masih bertanya.
"Ya... gak pa-pa. Biar pun gendut boleh ikut.." kata saya lagi. Lagi-lagi asaaalll... Sebab saya (lagi-lagi) bingung!
Tidak ada komentar: