HOTS DALAM AL QURAN

Selasa, Maret 05, 2019
Ini hari pertama diklat. Saya memasuki gedung itu dengan perasaan ingin tahu, campur aduk dengan senang, cemas, waswas juga. Sudah lama tidak kuliah (hiks), apakah masih mampu mengunyah konsep yang diberikan dengan cara ‘akademis sekali’ nanti? Seperti apa dosennya? Seperti apa penyampaiannya? Lebay, ya. Saya termasuk orang yang mudah cemas memasuki hal baru. Pengalaman berpindah sekolah beberapa kali saat SD hingga SMP adalah bukti kelemahan saya ini . Masih saya ingat, bagaimana saya harus berjuang melawan malu, tidak percaya diri, dan takut, ketika memasuki gedung sekolah yang baru. Ada sih perasaan senang menjadi pusat perhatian (punya bawaan sanguinis sedikit, hehehe!). Tapi yang dominan adalah kecemasan.

Gedung itu memiliki standar keamanan yang cukup baik. Ada kartu yang diberikankepada kami untuk akses keluar masuk gedung, hanya tiga kartu yang dipegang oleh ketua kelas dan widyaiswara. Jadi tidak semua orang bisa bebas berkeliaran. Tidak mudah bagi orang asing untuk nyelonong begitu saja ke dalam.
Ruang kelas kami di lantai 5. Berjajar ruang belajar di sisi kiri dan kanan. Kamar mandi ada di sebelah lift, di bagian akses tangga keluar. Penataan yang bagus. Dengan terpisahnya ruang kamar mandi dari area ruang kelas, aroma khas kamar mandi tidak mengganggu keindahan dan kenyamanan. Disediakan pula air minum mineral isi ulang.



Dosen pertama yang membersamai kami adalah Bapak Profesor Zahari Othman. Seorang Bapak dengan rambut putih, lincah bergerak dan gaya berbicara yang cepat. Materi hari ini adalah tentang Pedagogy for HOTS.
Kami diberi handout sebagai ringkasan materi. Ada tertera berbagai capaian yang sudah diraih Bapak Zahari. Yang menarik perhatian saya adalah kutipan yang ditulis di halaman tiga.
“Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah, supaya mendapat pelajaran orang orang yang mempunyai pikiran, dalam Al Qur'an,” ujar Beliau.
"Uqntuk apa kita belajar? Mendapatkan titel? Yang penting bukan titelnya, tetapi kontribusi ilmu kita terhadap kehidupan sosial, kemanusiaan, dan keilmuan," kurang lebihnya demikian yang disampaikan.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa tujuan utama pendidikan adalah menciptakan manusia yang mampu melakukan hal baru, bukan sekedar mengulang apa yang dilakukan generasi sebelumnya. Ini bisa terjadi jika manusia memiliki ketrampilan berpikir yang memadai. Ketrampilan berpikir memiliki level, yaitu level berpikir tingkat rendah (low order thinking skill atau LOTS)dan level berpikir tingkat tinggi (high order thinking skill atau HOTS ). Contoh HOTS adalah berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), berpikir matematis (mathematical thinking) dan berpikir saintifik (scientific thinking). Buatlah aktivitas berpikir menjadi aktivitas yang 'visible', dapat dilihat dan dirasakan. Kembangkan budaya berpikir dalam setiap aspek kehidupan, terutama di dalam kelas. Ajarkan langah-langkah berpikir kritis, kreatif, matematis, dan saintifik, sehingga muncul kebiasaan berpikir tingkat tinggi di sekitar kita.

Yang menginspirasi saya, adalah penjelasan Beliau tentang HOTS dalam al Quran, semisal surah Al Fatihah.
“Proses belajar melalui al Quran bisa dikupas dari ayat per ayat. Bismillahirrahmanirrahim, dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Maha Pengasih, bagaimanakah sifat Maha Pengasih Allah. Contohnya apa saja. Sebutkan secara detil, dan bandingkan dengan sifat pengasih manusia. Apa saja bukti kasih sayang Allah pada manusia. Berikan contoh karunia Allah pada manusia sebanyak banyaknya. Ambil satu, cahaya matahari. Proses alam apa saja yang melibatkan cahaya matahari. Fotosintesis, misalnya. Jabarkan bagaimana fotosintesis terjadi. Bagaimanakah penjelasan ilmiah mengenai proses ini. Dari kajian dengan cara demikian, proses berpikir yang Allah isyaratkan dalam al Quran terjadi. Sehingga pemahaman ayat al Quran ini membawa kita pada proses berpikir kritis, kreatif dan saintifik. Banyak diantara umat islam yang sekedar membaca Al Quran, tanpa melalui proses berpikir tinggi sehingga hikmah dalam Al Quran tidak tergali. Cara berpikirnya juga tidak terasah,” begitu kurang lebih yang Beliau sampaikan.

Dalam kajian bersama pelajar, sering sekali saya sampaikan bahwa agama Islam adalah agama yang logis, ilmiah, dan mengajarkan umatnya berpikir ajeg, konsisten, dan lurus. Tidak ada unsur klenik yang bisa masuk dengan mudah ke dalam pikiran orang Islam yang sudah tersibghah Al Quran. Para shahabat Nabi adalah contoh kehidupan nyata yang mengajarkan kelurusan berpikir dan bertindak berdasar Al Quran. Mereka pejuang sejati, yang menghabiskan waktunya untuk tiga hal; menuntut ilmu, berjihad, dan mencari nafkah. Jika tidak sedang berjihad, mereka menuntut ilmu dan mencari nafkah. Jika sedang berjihad, mereka juga tidak jauh dari majelis ilmu. Jadi menuntut ilmu adalah aktifitas rutin yang mereka lakukan, dalam situasi apa pun. Proses mental berpikir para shahabat sudah mencapai metakognisi, yaitu hasil berpikir telah direfleksikan secara nyata, dalam kehidupan. Cita-cita masuk surga direncanakan dan dipilih strateginya. Mereka punya amalan unggulan. Ada yang sangat rajin berpuasa daud, ada yang intens bersedekah, menyantuni fakir miskin. Jalan menuju syurga yang diajarkan Nabi saw ditempuh sungguhsungguh. Rasulullah saw mengajarkan proses monitoring melalui muhasabah, memeriksa diri secara berkala. Dalam sebuah khutbah shubuhnya, Rasulullah saw bertanya siapakah yang telah menengok orang sakit, bersedekah dan bersilaturahim?
Rasulullah saw memberi pelajaran bahwa hasil nyata dari pemahaman yang baik adalah amal sholih. Mengejawantahkan pengetahuan dan pemahaman dalam tindakan nyata, bukan sekedar retorika. Sam’an wa tha’atan. Diajarkan lakilaki sholat lima waktunya di masjid, lakukanlah. Diajarkan makan minum dengan tangan kanan, terapkanlah. Disampaikan menutup aurat, tutuplah. Ilmu dan amal tidak terpisahkan.

Sementara umat islam saat ini sangat jauh dari demikian. Dengan alasan sibuk mencari nafkah, banyak yang berhenti belajar. Enggan menghadiri majelis ilmu (terutama agama), bingung membagi waktu. Akibatnya, banyak tuntunan dalam agama yang diremehkan. Ada sebuah baliho di perempatan alunalun yang dekat dengan masjid Agung Jombang. Tertera tulisan begini: ‘Bersepeda 50 km kuat, masa ke masjid yang berjarak 50 meter tidak bisa? Apa menuggu diantar tetangga?’ Lalu ada gambar keranda yang diangkat oleh beberapa orang.
Saya tertawa miris melihat itu. Ingat dengan beberapa orang yang saya kenal, yang rajin bersepeda jauh, namun jarang muncul di masjid dekat rumah. Kemampuan melaksanakan perintah agama itu memang harus diperjuangkan. Power yang dibutuhkan bukan power biasa, melainkan power langit. Tak akan bisa digapai power langit jika hati dan pikirannya dominan ke bumi, bukan? Mendekatlah ke langit, agar Allah titipkan sedikit kekuatan langit, sehingga mudah kaki melangkah menuju masjid, juga menuju majelis ilmu, terutama ilmu agama. Jika ingin kuasai dunia, harus dengan ilmu. Jika ingin kuasai akhirat, juga harus dengan ilmu. Jangan timpang, jangan cuma kejar keberhasilan dunia sebab dunia fana. Rabbi zidnii ‘ilma, warzuqni fahma. YA Allah, tambahkanlah kami ilmu dan karuniakanlah pemahaman. HOTS bisa menjadi jembatan menuju pemahaman.
Mari beranjak, jadilah 'Guru Indonesia Agen Perubahan'.

Alhamdulillah, banyak hikmah ilmu saya dapatkan hari ini. Benar yang BApak katakan, bahwa guru sering menerapkan proses berpikir, namun tidak memberikan pemahaman jenis berpikir apakah yang sedang dilakukan saat itu.
Saya juga punya pemahaman baru bagaimana mengantarkan anak didik kepada pemahaman ilmu yang kuat, terutama ilmu agama mereka. Semoga jadi wasilah amal. Mabruk, Bapak Zahari Othman. Terima kasih atas semua inspirasi Bapak hari ini. Masih setia menunggu inspirasi lainnya hari ini. Tabarakallah.

Ibu Guru Umi, menulis agar bahagia.
Ditulis di Nerjaya Times Square East, lantai 41 kamar 04

3 komentar:

  1. Membaca tulisan bu Umi, saya jadi berpikir ke masa lalu dan bertanya pada diri dendiri," Apa yang sudah saya lakukan selama ini kepada murid-murid saya? Apakah saya sudah merasa cukup hanya dengan sedikit pengetahuan saya punya sekarang ini? Betapa jauhnya saya tertinggal! Tulisan bu Umi adalah teguran. Makasih ya Bu.

    BalasHapus
  2. Mbois, sangat mgnginspirasi..

    BalasHapus
  3. MasyaAllah Tabarakallah Umi Kulsum... semoga menjadi guru, motivator & inovator pendidikan Indonesia ���� yg lebih maju & hebat lagi.. Aamiin

    BalasHapus

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.