JURNAL PEKAN KETIGA : MENJADI PROBLEM SOLVER

Rabu, Maret 20, 2019
JURNAL UMI KULSUM, S.Pd.
BAHASA INGGRIS SMKN 1 JOMBANG
TANGGAL 21 MARET 2019, PERIODE DIKLAT PEKAN 3: 18 sd 21 MARET 2019




Bismillahirrahmanirrahiim,
Mendidik itu bukan sekedar urusan mengajar. Mendidik adalah proses menumbukan kemampuan agar mereka mampu : ‘learning to learn, to think, and to work cooperatively’.
Mereka dididik agar cakap dalam hal belajar cara belajar, belajar cara berpikir dan belajar bekerja sama. Tampak sederhana, namun tidak mudah untuk mencapainya. Sebab ketrampilan tersebut bergantung kepada budaya berpikir (culture of thinking) yang terbentuk dalam pribadi dan masyarakat sekelilingnya.

Pedagogi yang dibahas pekan ini adalah Skillful Problem Solving. Ada beberapa langkah (yang dijabarkan alam bentuk urutan beberapa pertanyaan) untuk mengarahkan pembelajaran di kelas menggunakan Skillful Problem Solving.
Pertanyaan pertama adalah ‘what is the problem?’. Apa masalahnya? Pertanyaan ini mendorong peserta didik agar mampu mengidentifikasi masalah secara tepat. Kegagalan dalam menentukan masalah adalah pintu awal kegagalan mencari jalan keluar.
Berikutnya adalah pertanyaan : Why is there a problem? Mengapa ada masalah? Peserta didik akan terdorong untuk memperhatikan dan menganalisa gejala atau faktor yang menjadi penyebab.
Ketiga, lontarkanlah pertanyaan : What are the possible solution to the problem? Solusi apakah yang mungkin bisa diterapkan dalam masalah tersebut? Peserta didik diberi kesempatan untuk menggali sebanyak mungkin solusi. Proses brainstorming dapat dilakukan bersama dengan rekan sekelompoknya.
Pertanyaan keempat yaitu ‘What would happen if you solved the problem in each of these ways? Apa yang akan terjadi jka Anda memilih solusi demikian? Guru mendampingi dengan mendengarkan, memberi umpan balik berupa pertanyaan ‘mengapa, bagaimana’ untuk mendorong pemikiran yang lebih aktif, luas, dan kreatif.
Terakhir, ‘What is the best solution to the problem in the light of the consequences?’ Apakah solusi terbaik berdasarkan pertimbangan akibat dan resikonya?

Skillful problem solving mengarahkan ketrampilan berpikir peserta didik berpikir kritis, dan berpikir kreatif. Beberapa kali saya berhadapan dengan anak didik yang gagal menyelesaikan masalah sebab tidak mampu mengurai persoalan dan mencari solusinya. Dia berkubang dalam keresahan dan mengambil keputusan yang keliru. Amat disayangkan pula, orang tua cenderung mengikuti kehendak. Mereka tidak mampu memberikan alternatif solusi secara bijaksana. Anak gagal meluaskan pemikiran dan menggali perspektif lain.
Pekan lalu, Profesor Maria Shalih menyatakan: ‘Jika murid tak boleh, jangan salahkan murid. Itu salah guru.‘
Dalam forum para guru, guru yang disalahkan. Dalam forum parenting, orang tua yang menjadi tersangka. Tentu saja saya tidak sedang membenturkan keduanya. Guru dan orang tua sama memiliki peran strategis. Dikaitkan dengan tugas sebagai guru yang mendidik di sekolah, tak ada salahnya menengok kembali prinsip pendidikan yang disampaikan oleh Piaget : ‘The principle goal of education in the schools should be creating men an women who are capable of doing new things, not simple repeating what other generation have done.’
Skillful problem solving ini penting dikuasai oleh para guru. Sebagai sahabat dan orang tua di sekolah, seluruh proses infusing utamanya menjadi tanggung jawab guru. Lembaga sekolah sebagai institusi juga wajib menciptakan sistem manajemen dan fasilitas yang mendukung upaya tersebut. Dalam jangka panjang, proses belajar melalui skillful problem solving bisa diterapkan dalam kehidupan, untuk menghadapi masalah yang nyata.
Menjadilah guru yang menginspirasi, ciptakanlah sosok peserta didik sebagai solution maker. Ketrampilan ini membuat mereka mampu menjalankan hidup yang berkualitas dan produktif dengan amal. Seiring berlalunya waktu, semoga ia menjadi wasilah ampunan dan rahmat Allah SWT. Semoga menjadi penolong jika telah usai waktu.
“Life comes to pass, yet death is very much closer.” Abu Bakr As-Siddiq (RA).
‘Ala kulli hal, jazakumullah khoir kepada semua pihak yang telah menfasilitasi kami mendulang ilmu ini. Tiga pekan di Malaysia menjadi penyemangat baru yang mencerahkan dan menginspirasi.

Ibu Guru Umi, menulis agar bahagia.
University Malaya, Gedung R&D, UMCCED, 20 Maret 219, pukul 13.11 waktu Malaysia.

2 komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.