PEMATERI BOLEH TERLAMBAT

Sabtu, Maret 30, 2019


Jumat, 29 Maret 2019. Hari itu saya punya beberapa rencana. Pertama, mengunjungi Bude dan Pakde di Tanggungan. Kerabat dari Mas Budi. Kedua, menuntaskan keuangan UNBK dan lainlain. Sejak Selasa 26 Maret 2019, rutinitas kembali normal. Walau saya masih merasa jetlag, keliyengan, tetap berusaha mengejar dinamika aktivitas yang ditinggalkan selama diklat. Beberapa masalah perlu loading yang lama untuk mencerna dan memahaminya.
"Bunda jangan lama-lama bengongnya," begitu ledek Mba Iva ketika ramai dibahas dinamika yang dihadapi para panitia UNBK. Saya, yang diamanahi sebagai bendahara, agak lemot mencerna situasi. Masalah yang dibahas perlu diulas pangkalnya sebelum saya bisa mengambil keputusan penyikapan.
"Ini sudah di Indonesia, bukan di Malaysia lagi, Buuun," ada yang berkomentar dengan gemas. Saya hanya tertawa. Namanya saja gak paham, ya jangan dimarahi, jeh!
Ketiga, ada undangan kajian untuk Dharma Wanita Bank JAtim pukul 15.00 sore. Jadi pukul 14.00, saya perlu pulang lebih dahulu untuk mandi dan berganti pakaian. Kebetulan hari itu Jumat sehat, saya memakai kaos santai.

Planning pertama gagal. Saya lupa bahwa hari itu perlu mengambil perlengkapan ATK untuk Ujian Kompetensi Keahlian, alias ujian praktik kelas XII. Tokonya dekat saja, di sebelah Kantor Pos. Jumlah ATK lumayan, dan membutuhkan waktu lama untuk pengecekan. Saya juga lupa jam satu siang ada undangan pertemuan Dharma Wanita di sekolah. Maka setelah shalat dhuhur, kami cek dan serahterimakan perlengkapan ATK ke jurusan Perkantoran dan Perhotelan. Setelah kelar, baru menuju ke ruang guru, mengikuti Dharma Wanita. Saat itu menjelang pukul 14.00.

"Sssst, saya perlu pulang, persiapan acara di Bank Jatim," saya berbisik ke Bu Fipin, sesama bendahara UN.
"Nanti, tunggu sepuluh menitan," katanya sambil melirik jam. Saya manut. Tidak enak juga, baru datang, terima kue, masa pergi lagi. Baiklah, nanti menjelang setengah tiga saya keluar. Kalau dipikir, lucu juga situasinya. Saya meninggalkan acara Dharma Wanita sekolah untuk mengisi acara Dharma Wanita di tempat lain.

Lewat sedikit dari pukul setengah tiga, saya segera pulang. Mandi, menyiapkan pakaian, dan berganti tas.
"Mau kemana?" Najma menanyai ketika saya memakai jilbab.
"Bank Jatim."
"Ngapain?"
"Diminta mengisi acara Dharma Wanita. Ikut?"
"Nggak, ah. Malas pakai baju bagus," tukasnya. Saya tertawa. entah mengapa dia mengambil kesimpulan bahwa ikut saya dalam acara itu berarti memakai baju bagus. Mungkin sebab saya memakai jubah dan outer yang biasa dipakai saat tertentu saja.

SUdah pukul 15.00 ketika saya hendak memakai kaos kaki.
"Kenapa sih buru-buru?" Najma tiba-tiba bertanya lagi.
"Acaranya jam tiga," saya menjawab sambil menarik kaos kaki.
"Pemateri kan boleh telat. Biasanya begitu. Pembicara datang terlambat," pungkasnya.
Saya melongo sejenak.
"Oh ya?"
"Iya, kan biasanya begitu. Peserta menunggu pembicara."
"Bunda maunya tidak begitu, kalau bisa jangan ditunggu peserta."
"Oooh, gitu yaaa?" Dia memandangi saya.

Saya jadi ingat proses diklat di Malaysia. Ingat para profesor yang selalu tepat waktu masuk kelas. Setahu saya mereka tidak pernah terlambat memulai kuliah. Bahkan di hari terakhir, Profesor Zahari menambah jam mengajar gara-gara Vijay terlambat. Artis India ikut kelas ? Hulaaa, bukan. Vijay itu sebutan supir bis yang antarjemput. Tiga jam dia terlambat, sehingga waktu belajar kami terganggu. Begitu sampai di kelas, duduk sebentar, kami mengikuti acara penutupan. Nah, setelah penutupan, saya kira kelas sudah berakhir. Ternyata Profesor Zahari menuntaskan materi hingga menjelang pukul enam sore. MasyaaAllah. Saya angkat topi pada dedikasi dan sikap amanah Beliau. Bisa saja, dengan alasan kendala teknis keterlambatan penjemputan dan sudah penutupan, kelas ditiadakan.

Saya baru berangkat pukul 15.10. Wah, terlambat ini! Di Bank Jatim, seorang satpam mengantar saya masuk ruangan. Pintu dikuak, dan... taraaaa.... Baru ada tiga ibu! Mereka sedang menata meja. Kursi masih lengang dan kosong.
Mereka menyambut saya, cipika-cipiki, lalu melanjutkan persiapan. Diam-diam saya foto jajaran kursi kosong itu, saya jadikan status WA dan diberi caption: "Narasumber terlalu awal hadir."

Masuk pesan dari Najma. Dia mengutip status dan mengomentari: "Kaaaaaan!"
Wehehehe.
Acara dimulai pukul 16.00. Berakhir pukul 17.15, ditutup dengan doa. Juga sesi foto, seperti biasa.


Dari gradak-gruduknya saya saat hendak berangkat ke Bank Jatim, saya mengambil pelajaran. Ternyata masih perlu berlatih memenej waktu lebih baik lagi, supaya tidak datang terlambat. Inspirasi tepat waktu para Profesor itu layak diterapkan. Sayang jauh-jauh ke Malaysia jika tidak ada perubahan dalam diri. Bismillah, semoga dimudahkan. Semangat!

Ibu Guru Umi; menulis agar bahagia.
Rumah ABaTa, Sabtu, 30 Maret 219, pukul 17.12 WIB

2 komentar:

  1. Mantaplah... Mantap. Besok lagi, liat² pesertanya kalo jadi Pemateri lagi. Kalo bisa, sejam lebih awal. Bantu² ngatur parkir juga, dungs! 😍 Hehhe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahahaha. BAntu parkir? Bukan ahlinya. Kalau sapu lantai dan lap meja, bolehlah...

      Hapus

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.