TULISAN OBAT

Sabtu, Oktober 07, 2017
BUYA HAMKA

Dahulu, Bapak berlangganan majalah Panji Masyarakat. Saya suka membacanya, walaupun sebagian isi belum dipahami benar. Yang penting baca.
Sangat terkesan dengan tulisan Buya Hamka. Ada satu kisah tentang Beliau yang saya ingat hingga sekarang. Cerita mengenai seorang pencuri buah nangka di belakang rumah.
Si pencuri beraksi setelah shubuh. Terdengar suara gedebag gedebug nangka jatuh, Buya Hamka bergegas ke belakang. Bertelekan tongkat, Beliau menuju pohon nangka tersebut. Pencuri dibentak untuk turun. Si pencuri menghiba mohon ampun. Buya Hamka mengajaknya masuk ke rumah, dan pencuri itu diajak sarapan. Kalau tidak salah, pencuri itu pulang ke rumahnya dengan membawa shadaqah dari Buya Hamka.

Salah satu karya Beliau yang fenomenal adalah Tasawuf Modern. Berisi tulisan yang dimuat di majalah Pedoman Masyarakat dan digemari oleh para pembaca. Tulisan ini banyak menginspirasi orang lain. Buya Hamka mendapatkan banyak testimoni dari orang-orang yang merasa mendapat pencerahan dari Tasawuf Modern.



Tanggal 12 Ramadhan 1385, bertepatan dengan 27 Januari 1964, Buya Hamka ditangkap dan ditahan. Beliau dibawa ke SUkabumi. Selama lima belas hari lima belas malam, Beliau diperiksa tiada henti. Istirahat pemeriksaan hanya pada jam makan dan sholat. Pemeriksaan ini melelahkan fisik dan mentalnya. Keterangan apa pun tidak diterima, sebab sudah ditetapkan bahwa Buya Hamka bersalah, walaupun kesalahn yang dituduhkan juga tidak jelas.

Sampai suatu waktu, seorang polisi kecil yang memeriksanya berkata : "Saudara pengkhianat, menjual negara kepada Malaysia!"

Kalimat ini meremukredamkan hatinya.
Masa kecil Buya Hamka terjaga dan terhormat. Ayahnya seorang ulama besar. Buya Hamka dikenal sebagai anak alim. Usia 16 tahun diangkat sebagai Datuk. Tak ada yang berkata-kata kasar padanya.
Masa dewasa, Buya Hamka terlibat dalam perjuangan pergerakan. Belajar langsung adri pahlawan HOS Tjokroaminoto, H. Fakhruddin di Yogya. Tahun 1959 menmdapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Al Azhar.
Kemuliaannya diakui dunia, dihormati dan disegani.

Dan saat itu, polisi kecil mengucapkan kalimat yang merupakan tuduhan keji. Betapa menyakitkan! Buya Hamka menangis sebab dalamnya kesedihan dan berkata : "Janganlah saya disiksa seperti itu. Bikinkan sajalah satu pengakuan bagaimana baiknya, akan saya tandatangani. Tetapi kata-kata demikian janganlah saudara ulangi lagi!"

"Memang saudara pengkhianat!" Polisi itu pergi dan menghempaskan pintu.

Kesedihan Buya Hamka memuncak. Beliau memahami sejak saat itu, mengapa barang tajam harus dijauhkan dari tahanan yang sedang diperiksa. Proses pemeriksaan dilakukan dengan tekanan bertubi-tubi untuk membuat tahanan mengaku. Lelah fisik, dicecar banyak pertanyaan yang sama, berputar-putar dari itu ke itu saja, tanpa jeda. Kelelahan yang muncul bisa berujung pada rasa putus asa. Selama satu jam, terjadi pertarungan hebat dalam batin Buya Hamka. Beliau bahkan sempat membuat surat wasiat untuk anak-anaknya id rumah.

Berikut kutipan kisahnya dari Pendahuluan Pengarang Cetakan ke XII dalam Tasawuf Modern, halaman 7:
"... Tapi alhamdulillah: iman saya menang.
Saya berkata pada diriku: Kalau engkau mati membunuh diri karena tidak tahan dengan penderitaan batin ini, mereka yang menganiaya itu niscaya akan menyusun pula berita indah mengenai kematianmu. Engkau kedapatan membunuh diri dalam kamar oleh karena merasa malu setelah polisi mengeluarkan bukti atas pengkhianatan. Maka hancurlah nama yang telah engkau modali dengan segala penderitaan, keringat dan air mata sejak berpuluh tahun.
Dan ada orang yang berkata: Dengan bukunya 'Tasawuf Modern' dia menyeru orang agar sabar, tabah dan teguh hati bila menderita suatu cobaan Tuhan. Orang yang membaca bukunya itu semuanya selamat karena nasihatnya, sedang dirinya sendiri memilih jalan yang sesat. Pembaca bukunya masuk syurga karena bimbingannya, dan dia di akhir hayatnya memilih neraka.
Jangankan orang lain, bahka anak-anakmu kandungmu sendiri akan menderita malu dan menyumpah kepada engkau...."

Setelah pemeriksaan, Buya Hamka menjalani proses penahanan yang berlarut-larut. Beliau dirawat di Rumah Sakit Persahabatan karena sakit. Beliau meminta anak-anak yang membesuk agar membawa buku 'Tasawuf Modern'.Ada seorang teman yang mendapati Beliau membaca buku 'Tasawuf Modern' dan berkomentar : "Eh, Pak Hamka sedang membaca karangan Pak Hamka!"

Jawaban Buya Hamka adalah:
"Memang! Hamka sedang memberikan nasihat kepada dirinya sendiri sesudah selalu memberikan nasihat kepada orang lain.Dia hendak mencari ketenangan jiwa dengan buku ini. Sebab telah banyak orang yang memberitahukan kepadanya bahwa mereka mendapat ketenangannya kembali setelah membaca buku 'Tasawuf Modern' ini!"

Saya mengagumi Buya Hamka, sejak dulu hingga kini. Ketika Beliau wafat, prosesi pemakamannya disiarkan TVRI. Saya sendirian menonton, sambil menangis. Usia saya ketika itu 9 tahun.

***
OBAT

Menulis adalah proses mengolah pikiran dan hati tentang sesuatu. Kenangan manis, buruk, senang, sedih, bisa disajikan dan menjadi ibrah.

Ide dan inspirasi muncul dari pengalaman pribadi atau pengamatan terhadap sekeliling. Dalam kondisi ruhiyah baik, iman stabil, dan ibadah bersemangat, aura tulisan akan optimis dan mencerahkan.

Tulisan saya, terutama di blog ini, hanya tulisan sederhana, khas emak-emak. Kisahnya seputar kejadian sehari-hari saja. Belum mampu dan pede untuk membuat tulisan berat dan ilmiah. Sudah banyak yang bisa, aku tak ngene wae. Ngancani emak-emak setipe.. Hehe. Itu alasan ngeles. Alasan aslinya: saya memang belum bisa!

Saya sepakat dengan Buya Hamka, tulisan bisa menjadi obat bagi penulisnya.

Saat terpuruk, sedih, tak berdaya, membuka-buka file tulisan sendiri adalah hiburan.
Memori di otak saya akan melompat-lompat dan muncul komen begini dalam hati:
Oh, saya pernah seoptimis itu.
Ternyata dulu saya demikian riang.
Ya Allah, kalimat itu kena banget, cocok dengan situasi saya sekarang.
Dulu saya percaya bahwa semua masalah pasti ada solusi, mengapa sekarang saya down?
Ayo berbenah, jangan larut dalam kesedihan.
Kok dulu saya demikian tegar, sekarang kenapa gampang sekali nelongso?
Kemana semangat dakwah saya yang dulu?
Mengapa tujuan hidup saya sepertinya melenceng?
Apa yang salah dengan diri ini? Mengapa perasaan saya sekacau ini, tidak setenang dahulu?
Ya ampun, anak-anak saya tingkahnya lucu-lucu ketika kecil!
MasyaaAllah, suamiku begitu perhatian pada kami, isteri dan anak-anaknya.

Dan lain-lain. Tulisan itu menjadi cermin, bahan evaluasi diri sendiri. Bisa menjadi penyemangat dan pengingat yang efektif. Self reminder sederhana dan mudah didapat.
Anak-anak juga bisa belajar dari cerita yang kami tulis. Mereka mungkin akan tertawa mendapati kekonyolan dan tingkah 'ajaib' masa kecil.

Kisah Buya Hamka diatas menjadi penyemangat tambahan: tulislah kisah-kisah yang menghibur, dan inspiratif. Agar kelak bisa menjadi cermin ajaib bagi diri sendiri.

Bismillah. Yuk, nulis.

NOTE

Sstt, ini ada foto Buya Hamka dan isteri Beliau, Siti Raham. Perhatikan gaya berhijab Siti Raham. Cantik dan modis. MasyaaAllah.



Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.