DETLEN

Selasa, Oktober 03, 2017


Para pemirsa yang berbahagia. Pada kesempatan emas kali ini, saya ingin sekali meluapkan curahan hati saya. Mengenai satu kata yang membuat hari-hari saya menjadi seru dan gegap gempita. Yaitu kata DETLEN.
Detlen itu kata yang sakti. Simpul-simpul kreatif di kepala mendadak dangdut riuh dan riang gembira jika sudah dicolek 'detlen'. Rasanya ngeri-ngeri seru.

Jadi begini, pemirsah.
Saya menjadi kontributor tetap di sebuah majalah donatur lembaga amil zakat di Jombang. Ada dua rubrik yang diamanahkan. Pertama jeda, kedua kajian utama. Rubrik jeda ini rubrik ringan. Tentang tokoh yang bernama Yu Narti, seorang muslimah pekerja sekaligus emak-emak rempong. Kadang alim, kalem, kadang jail dan sak karepe dewe. Tema yang diambil adalah tema keseharian. Idenya bisa didapat dari berbagai kejadian yang saya alami, atau bersumber dari pengalaman orang lain. Setiap bulan, saya harus setor tulisan sebelum tanggal sepuluh, untuk majalah edisi dua bulan ke depan.

Rubrik kedua, agak berat. Kajian utama, yang berisi pembahasan materi yang menjadi tema utama pada bulan tersebut. Jika pada Jeda saya bisa menuliskannya dalam waktu singkat (sebab gaya tulisan lebih cair dan gaul), maka pada Kajian Utama saya kudu semedi. Mikir berat. Kelemahan saya memang pada tulisan-tulisan serius. Entahlah, sulit sekali membuat tulisan yang ilmiah dan serius itu. Mungkin sebab watak dasar yang jauh terpendam dalam lubuk hati yang paling dalam adalah watak usil.

Nah, saat rapat redaksi, pimpinan rapat biasanya akan memberi batas waktu sebelum tanggal sepuluh, naskah harus sudah terkumpul. Kami, para kontributor, mengiyakan dengan gagah berani. Ternyataaaa.... MasyaaAllah, justru pada hari-hari menjelang detlen itu, pekerjaan di sekolah banyaaaaaaaaaaaaak. Eh, kurang panjangkah saya menuliskan kata 'banyak'? Sudahkah terbayang di benak para pembaca yang budiman, berapa banyaknya? Belum? Ya sudahlah, aku tak akan memaksamu untuk memahami. Biarlah aku sendiri menanggung derita ini. Eh.

Ini,saat saya posting tulisan ini, sebenarnya saya belum juga tuntaskan satu rubrik. Rubrik lainnya sudah dikirim dengan aman terkendali tepat hari perkiraan lahir. Haha.
Saya memilih posting judul ini (Detlen) sebab ide makbedunduk muncul. Untuk menggambarkan betapa besar pengaruh detlen terhadap booster ide dan mood. Bahwa the power of kepepet itu membuat saya sakti mandraguna, sebab ide-ide berlompatan. Dan saya kesulitan menangkapnya. Lalu ide itu meluncur begitu saja, belok ke sana, dan tidak kembali. Sehingga, tetap saja, saya kudu pontang panting mengejar ide-ide itu dan mengurungnya dalam tulisan. Kalau gagal menangkap, ya, carilah ide lainnya.
Tentu saja, hari ini saya berharap, Tante redaktur yang imut itu tidak mengejar-ngejar saya dengan ganas. Sesama orang kecil mungil, dilarang saling menyakiti, yes! Ini dia gambar tukang tagih naskah itu. Jangan tertipu senyumnya yang manis. Saat menagih naskah, senyumnya...tetap maniiiiis.
(Berbunga-bungalah wahai Tante Redaktur, dan lupakan tagihan!)



Semakin seru lagi, sejak hari ini, saya harus selalu menulis. Beberapa hari lalu saya mendaftar di writing challenge. Sebuah group WA yang mewajibkan para pengikutnya menulis setiap hari minimal 250 kata. Sedikit, ya? Ish, ish, bagiku tidak sedikit. Lumayan. Siapa tahu dengan ikut kelas Writing Challenge ini, saya semakin sakti mandraguna. Segala yang saya lihat bisa jadi ide. Segala yang saya dengar bisa memunculkan tulisan. Lewat kambing, wusss...jadilah cerita. Lewat kepala sekolah, set set wet, jadilah cerpen. Lewat pocong, jedeeerrr...saya pingsan.

Jadi, jika tulisan saya di blog ini muncul membabi buta setiap hari, harap maklum. Saya dikejar-kejar Oom Detlen dan Tante Redaktur. Jangan sarankan saya untuk ke psikiater, ya. Saya normal dan baik-baik saja. Kalaupun perlu ke psikiater, ada Ibu Dokter Antina Nevi, dokter manis yang bisa saya palak waktunya untuk konsultasi gratis.

Saya mohon, doakan saya. Agar selama sebulan ikut writing challenge, saya bisa selamat sampai tujuan, tanpa kurang suatu apa pun. Doakan saya tetap tabah ditagih-tagih Oom dan Tante.

Sekian dari saya, terima ksih atas perhatian dan mohon maaf atas segala kekurangan.




3 komentar:

  1. Tulisan Bunda selalu renyah ya...

    Gimana bun cara gabung di group WA Writing challenge ???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Renyah macam kerupuk ya.. hehehe. Cara gabung writing challenge, kudu gabung jadi anggota Forum lingkar Pena dulu. Sudah gabung?

      Hapus
    2. sudah gabung bunda. pernah datang sekali aja, sampai sekarang saya belum pernah nongol lagi kalau ada pertemuan FLP.


      ini ami yang biasanya ke perpus abata bunda. :)

      Hapus

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.