BALADA OMELAN
CATATAN 2 JANUARI 2010
Anak-anak bermain di atas motor ayahnya. Saya tengah sibuk di dekat mereka, menghias kue coklat dengan whipped cream dan coklat blok.
"Ayo tebak, binatang apa yang berkaki dua , bunyinya pethok-pethok, dan bisa marah ?" Najma memberi Nabila tebak-tebakan.
"Hahaha... gampang! Ayam kan?" jawab Nabila.
"Betuulll!" teriak Najma.
"Emang ayam bisa marah?" ganti Nabila bertanya.
"Bisa dong! Ayam kalau marah, patuk-patuk!! Coba lihat mboknya ayam, kalau anaknya diganggu, kita dipatuk! Ya kan, Bun?" Najma meminta dukungan pada saya.
"Iya, betul," jawab saya. Tiba-tiba saya ingin tahu sesuatu.
"Kalau Bunda marah, bagaimana?" tanya saya sambil melirik Nabila dan Najma. Mereka berdua terkikik geli.
"Begini: Nabila, ayo rapikan kamar! " tiru Nabila.
"Lho, keluar kamar mandi kok cuma pakai handuk. Kan Bunda sudah bilang, pakai baju !" masih kata Nabila.
"Iya, gini juga: Zahra, adiknya jangan digitukan! Ayo, nanti jatuh!" yang ini Najma.
"Mbak Najma, jangan takut-takutin adiknya! Nanti adiknya jadi penakut!" Najma melanjutkan sambil cengengesan.
"Mbak Nabila, ayo bangun. Sudah jam setengah enam, nanti kesiangan. Bunda berangkat jam enam, kalau tidak bangun, bareng ustadzahnya aja...," Nabila menirukan persis intonasi saya.
Dan lain-lain. Dan sebagainya. Saya mendengarkan sambil senyum-senyum. Anak-anak dengan santai menirukan, melafadzkan, menyanyikan omelan-omelan saya. Tidak semerdu rayuan pulau kelapa, ternyata. Bikin kuping 'gatal dan risih'.
Jadi malu hati...!
Anak-anak bermain di atas motor ayahnya. Saya tengah sibuk di dekat mereka, menghias kue coklat dengan whipped cream dan coklat blok.
"Ayo tebak, binatang apa yang berkaki dua , bunyinya pethok-pethok, dan bisa marah ?" Najma memberi Nabila tebak-tebakan.
"Hahaha... gampang! Ayam kan?" jawab Nabila.
"Betuulll!" teriak Najma.
"Emang ayam bisa marah?" ganti Nabila bertanya.
"Bisa dong! Ayam kalau marah, patuk-patuk!! Coba lihat mboknya ayam, kalau anaknya diganggu, kita dipatuk! Ya kan, Bun?" Najma meminta dukungan pada saya.
"Iya, betul," jawab saya. Tiba-tiba saya ingin tahu sesuatu.
"Kalau Bunda marah, bagaimana?" tanya saya sambil melirik Nabila dan Najma. Mereka berdua terkikik geli.
"Begini: Nabila, ayo rapikan kamar! " tiru Nabila.
"Lho, keluar kamar mandi kok cuma pakai handuk. Kan Bunda sudah bilang, pakai baju !" masih kata Nabila.
"Iya, gini juga: Zahra, adiknya jangan digitukan! Ayo, nanti jatuh!" yang ini Najma.
"Mbak Najma, jangan takut-takutin adiknya! Nanti adiknya jadi penakut!" Najma melanjutkan sambil cengengesan.
"Mbak Nabila, ayo bangun. Sudah jam setengah enam, nanti kesiangan. Bunda berangkat jam enam, kalau tidak bangun, bareng ustadzahnya aja...," Nabila menirukan persis intonasi saya.
Dan lain-lain. Dan sebagainya. Saya mendengarkan sambil senyum-senyum. Anak-anak dengan santai menirukan, melafadzkan, menyanyikan omelan-omelan saya. Tidak semerdu rayuan pulau kelapa, ternyata. Bikin kuping 'gatal dan risih'.
Jadi malu hati...!
Tidak ada komentar: