TIDAK. NAK
(Catatan lama sekali...)
suatu hari, pertama kali hadir
:
berkenalan dengan mereka, menyapa, bercengkrama
mengambil keceriaan wajah semua,
memberi kehangatan yang kubisa
saling berbagi, dengan cara khas anak negeri:
antara guru dan murid...
kedua kali muncul, satu anak tak tampak
konon ia ada sejak pagi hari, tapi kemana kini?
sekian menit, muncul tanpa rasa bersalah
senyum-senyum sangat biasa, seolah tak ada segan dalam dada
ok, mari bicara:
kemana saja? di musholla, Bu
sedang apa? duduk-duduk saja, Bu
dimana rumah? apa pekerjaan orang tua?
anak keberapa?
:
nah, dengarlah
sudah terbayangkah lelah ayah
berangkat sebelum kau menyapa embun shubuh
pulang saat kau memeluk angin malam?
:
dia diam
berubahlah, untuk dirimu
berpaculah, membeli masa tuamu
dia mengangguk-angguk
temu ketiga, ia kembali tak ada
kucatat namanya secara istimewa
temu keempat, ia disana, disudut meja
kesini, Nak
kemana dahulu? Musholla Bu
sedang apa? duduk-duduk saja
Ok, baik
dengar: sekali lagi kau lakukan serupa
keluarlah sana, tak perlu aku dan engkau bersama
tak hendak aku belajar dengan siapa saja
yang bahkan tak peduli dengan dirinya
apalagi masa depannya
ia diam, menatapku tak percaya...
Tidak , Nak
pilihanmu hanyalah itu
:
sekali lagi kau mangkir, enyahlah
tak mau aku berlelah-lelah mendorongmu, jika kau saja
tak hargai dirimu sendiri
laki-laki, tak pantas kasihani diri
laki-laki, harus berlari, menjual keringat dengan sangat
agar berharga dia...
Tidak, Nak
aku tak hendak berhalus-halus
karena kulihat kau tak punya kesantunan bagus
pilihanmu hanya itu:
kau bersungguh-sungguh di kelasku
atau keluar lewat pintu itu...
*tak semua bisa dinasehati dengan lembut
sebagian harus dicambuk, agar bangkit dan berubah...*
momen Rabu, 27 Juli 2011
suatu hari, pertama kali hadir
:
berkenalan dengan mereka, menyapa, bercengkrama
mengambil keceriaan wajah semua,
memberi kehangatan yang kubisa
saling berbagi, dengan cara khas anak negeri:
antara guru dan murid...
kedua kali muncul, satu anak tak tampak
konon ia ada sejak pagi hari, tapi kemana kini?
sekian menit, muncul tanpa rasa bersalah
senyum-senyum sangat biasa, seolah tak ada segan dalam dada
ok, mari bicara:
kemana saja? di musholla, Bu
sedang apa? duduk-duduk saja, Bu
dimana rumah? apa pekerjaan orang tua?
anak keberapa?
:
nah, dengarlah
sudah terbayangkah lelah ayah
berangkat sebelum kau menyapa embun shubuh
pulang saat kau memeluk angin malam?
:
dia diam
berubahlah, untuk dirimu
berpaculah, membeli masa tuamu
dia mengangguk-angguk
temu ketiga, ia kembali tak ada
kucatat namanya secara istimewa
temu keempat, ia disana, disudut meja
kesini, Nak
kemana dahulu? Musholla Bu
sedang apa? duduk-duduk saja
Ok, baik
dengar: sekali lagi kau lakukan serupa
keluarlah sana, tak perlu aku dan engkau bersama
tak hendak aku belajar dengan siapa saja
yang bahkan tak peduli dengan dirinya
apalagi masa depannya
ia diam, menatapku tak percaya...
Tidak , Nak
pilihanmu hanyalah itu
:
sekali lagi kau mangkir, enyahlah
tak mau aku berlelah-lelah mendorongmu, jika kau saja
tak hargai dirimu sendiri
laki-laki, tak pantas kasihani diri
laki-laki, harus berlari, menjual keringat dengan sangat
agar berharga dia...
Tidak, Nak
aku tak hendak berhalus-halus
karena kulihat kau tak punya kesantunan bagus
pilihanmu hanya itu:
kau bersungguh-sungguh di kelasku
atau keluar lewat pintu itu...
*tak semua bisa dinasehati dengan lembut
sebagian harus dicambuk, agar bangkit dan berubah...*
momen Rabu, 27 Juli 2011
Tidak ada komentar: