ITU URUSAN SBY

Minggu, Juli 07, 2013
Ketika enam bersaudara plus suami plus anak-anaknya  bertemu, apakah yang terjadi? Yang kecil-kecil, ribut  berteriak-teriak. Berlari kesana kemari. Mengejar-ngejar yang sudi dikejar, terkikik-kikik geli. Ada yang menabuh kaleng wafer yang sudah kosong  (ludes dalam waktu singkat!),  atau ketipung kecil. Yang remaja cekikak-cekikik bersama, menceritakan kisah-kisah horor. Yang ini selalu bikin heran: takut-tapi-senang!
            Lalu mengalirlah cerita tentang Ibu Dosen yang hobi ngelindur. Kalau ditanya saat tidur (Lha, yang nanya juga gak tahu waktu, ya? Masa orang tidur ditanya-tanya!), jawabannya bisa ngelantur. Saya pernah mengalami itu, dulu sekali. Masa masih lajang, dan disela waktu senggang mengasuh Thoriq. Thoriq kala itu masih berusia tiga tahun.
 Ada ritual khusus yang lazim dilakukan menjelang Thoriq tidur: bercerita tentang kelahiran Nabi Muhammad saw.  Hampir setiap hari cerita ini disampaikan, yang bercerita sampai bosan. Tapi mungkin berlaku hukum yang  sama bagi anak-kecil: semakin sering mendengar, semakin seru. Nah, siang itu, saya mengantuk sekali. Ingin rasanya langsung tidur.
 "Cerita Cil, Nabi Muhammad..," pinta  Thoriq.
            Maka, dengan usaha keras melebar-lebarkan mata dan menggenapkan akal, saya bercerita.
 "Nabi Muhammad dilahirkan di...," saya terdiam.
 "Mekah..," kata Thoriq.
 "Nama ayahnya adalah...," saya setengah mati menahan mata agar terbuka.
 "Abdullah!" Thoriq lagi-lagi menjawab. Saya mengangguk, bukan membenarkan, tapi asli mengantuk.
 "Acil..acil..."Thoriq menggoyang-goyangkan badan. Saya tergagap. Oh, tertidur sejenak, nikmatnya!
 "Nama ibunya, Siti..," saya mulai 'teler' lagi. Tapi Thoriq tidak menjawab.
 "Siti..," saya tambah teler. Thoriq tidak melanjutkan.
 "Siti...Hayati," saya menggenapkan ingatan. Tiba-tiba Thoriq terkikik-kikik. Suaranya yang kecil dan melengking terasa menendang-nendang telinga.
 "Acil, bukan Siti Hayati! kikikikikikkkkkk..," Thoriq makin terkikik. Saya membuka mata yang super berat. Hati ikut protes, sejak kapan nama Ibunda Rasululah menjadi Siti Hayati? Itu kan nama adik angkatan di kampus? Maka tawa Thoriq semakin lenyap, lenyap, dan lenyap. Saya benar-benar terlelap, meninggalkan Thoriq yang masih terkekh-kekeh.
            Nah, lakon cerita orang ngelindur ini masih sama: Thoriq Musthofa Haqqani, yang sudah kelas satu SMS eh SMA. Mungkin sudah suratan nasib Thoriq, dikelilingi oleh orang-orang yang suka melantur! (Thoriq, tabahkan hatmu!)
            Ceritanya, Thoriq hendak bermain di alun-alun. Membeli tahu goreng yang dimakan dengan cara dicocol ke petis. Rasanya memang nikmat.
Nah, inilah dia cerita yang disampaikan Thoriq dihadapan majelis sanak saudara.
 "Mi, minta uang, beli tahu," Thoriq membangunkan uminya. Uminya masih tidur lelap.
"Mi, minta uang," Thoriq berkata lagi. Umi menggerakkan badan.
"Itu urusan SBY..," kata Ummi.
 (Para anggota  majelis sanak saudara  tertawa tergelak-gelak. Ada yang bertanya,"Terus, gimana?" Sang Ummi ikut-ikutan terkikik-kikik.)
 "Ayo, Mi...Minta uangnya  buat  beli tahu," Thoriq mencoba lagi.
"Di kamar SBY!" sahut Ummi pendek.
 (Dan tawa semakin meledak! Terpingkal-pingkal selama beberapa waktu. Sejak kapan, SBY mengurusi tahu petis?)

16 September 2010 jam 9:04


Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.