SANDAL LAKI DAN SANDAL PEREMPUAN

Minggu, Juli 07, 2013
Momen ke masjid sungguh menyenangkan.
Saat shalat maghrib dan isya, terutama. Kami berjalan bersama. Nabila biasanya berjalan lambat-lambat bersama saya. Najma, Zahra dan Hafidh berlari-lari saling mengejar. Mereka tertawa-tawa. Bila ada air menggenang, Hafidh tiba-tiba berbelok. Melewati genangan itu sambil menghentakkan kaki. Tapi ekspresi mukanya seolah tak peduli. Kami tahu, dia berlagak begitu supaya tidak kami larang.

Malam tadi, Najma dan Zahra tidak berangkat bersama saya, Hafidh dan ayahnya. Mereka menyusul sesaat setelah sholat dimulai. Saya menunggui Hafidh berlari-lari di beranda. Sesekali dia mendekati beduk, menaiki tiangnya, menaiki jendela yang terbuka lebar.
Zahra dan Najma berlari-lari dari halaman. Zahra lebih dulu sampai.
"Mana sandal, Bunda?" tanya Zahra. Saya menunjuk sandal jepit oranye.
"Aku simpan disini saja," kata Zahra sambil melepas sandalnya dan meletakkannya tepat di sebelah sandal saya.
Najma menyusul mendekati saya.
"Sanda Bunda yang mana?" tanya Najma. SAya menunjuk lagi. Najma mencari-cari sandal ayahnya.
"Zahra!! Kamu simpan sandalnya dekat sandal Ayah, kan kamu anak Ayah! Aku simpan dekat Bunda, aku kan anak Bunda!" Kata Najma pada Zahra.
Zahra yabg sedang ada di beranda mendekati kami berdua.
"Lhooo... Jangan, Mbak! Punyaku dekat Bunda aja, kan aku perempuan!" kata Zahra.
"Oh, iya..Punyaku dan punyamu sandal perempuan. Jadi dekat Bunda!" Najma memindahkan kembali sandal Zahra yang tadi diletakkannya dekat Ayah.
"Punya Hafid sandal laki, jadi dekat Ayah," Najma memindahkan sandal Hafidh ke sebelah sandal Ayah.
Mereka bermain lagi. Ketika selesai, aturan sandal laki dan perempuan tak lagi berlaku.
Mereka bertiga tetap saja mengelilingi Ayah. Minta dekat-dekat, minta digendong atau digandeng.
Again, Bundanya gak laku!
04 Juli 2010 jam 6:10



Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.