LELAKI ITU

Minggu, Juli 07, 2013
 05 April 2011 jam 6:47
Ia duduk di deretan kursi bapak-bapak. Satu deret di depan saya. Bebaslah saya memandangnya dari belakang, menatap gerak geriknya. Memperhatikan seluruh tubuh dan perilakunya. Saya mulai menilainya, diam-diam.

Ditangannya ada sebungkus cereal. Disuapi satu per satu kepada bocah kecil nan ganteng yang mondar-mandir kesana kemari. Sang bocah sesekali tertawa, sambil menarik-narik celana panjangnya. Mengajak sang ayah  bercanda, rupanya. Kali waktu si bocah duduk di pangkuannya. Wajahnya menghadap wajah sang ayah, dan mereka tertawa berdua, dengan tawa yang lembut dan pelan. Sesekali kepala sang ayah beradu dengan kepala sang bocah yang kembali terkikik geli. Saya menyukai tawa mereka, dan tersenyum, diam-diam.

Sang bocah berlari menjauh, sibuk bermain-main sendiri. Satu anak putri (anak seorang bapak yang duduk tak jauh juga dari lelaki itu), berusia sekitar setahun, mendekatinya dengan langkah pelan-pelan. Ketika mencapainya, putri kecil cantik itu memegang kakinya. Lelaki itu tersenyum,menyapa dan mengajaknya bicara dengan lembut. Menyodorkan jelly ditangannya. Putri kecil itu menatapnya, memamerkan gusinya ketika tersenyum. Mereka bertukar senyum, dan tangan lelaki itu tak lepas dari tangan putri kecil. Seolah menjaganya agar tak terjatuh. Saya menyukai caranya menjaga putri kecil itu, dan tersenyum, diam-diam.

Setelah itu, seorang bayi lain mendekat. Bayi laki-laki, yang baru bisa berjalan. Tertatih-tatih ia melintas dideretan para Bapak. Lelaki itu, dengan mata hangatnya, menyambutnya ketika sang bayi hampri mendekatinya.Mengulurkan tangan dengan senyuman, dan sang bayi menyambut tangan itu. Ia berpegangan, dan memandang sang lelaki. Merekabertukar pandang, dan lelaki itu mengajaknya bicara. MAsih dengan tersenyum dan kehangatan yang khas.  Saya suka perhatian dan kepeduliannya. Saya tersenyum, diam-diam.

Sekian waktu, lelaki dan bocah kecil itu menghilang. Tidak ada di deretan kursi itu. Saya bergegas keluar, berusaha mencari. Kemanakah ia? Apakah yang dilakukannya diluar, dengan sang bocah?

Saya menemukannya di sana, di dekat sebuah pohon. Sang bocah menundukkan kepalanya, dibawah aliran  air  yang keluar dari sebuah talang di atap. Sambil tertawa-tawa, sang bocah mengoceh. Lelaki itu bersedekap dan tersenyum. Hanya tersenyum, menunggui sang bocah yang asyik membasahi kepalanya.

Saya menatap matanya. Ia menatap mata saya, juga masih tersenyum. Saya sungguh ingin tahu, apakah yang terjadi. Mengapa dibiarkannya sang bocah membasahi kepalanya?

"Bosan didalam, " katanya sambil menunjuk sang bocah. Oh, begitu.

"Dia minta pulang dan menangis..," jelasnya lagi. Oh, ya.

Saya memandang sang bocah. Ia menoleh, memamerkan kepalanya yang sudah basah kuyup.

"Lihat, Ayah!" serunya sambil menunjuk kepalanya.

Sang ayah tertawa pelan. Kembali bersedekap, dan saya diam-diam menatap.

Saya mengaguminya. Segala kesabaran yang telah ditampakkannya selama ini. Dan kelembutannya dalam mencinta.Dan kepeduliannya yang menghangatkan.

Saya beranjak, mendekatinya dan berdiri di sebelahnya. Tangannya yang hangat saya genggam, sepenuh hati.

Dia sungguh saya cinta. Lelaki lembut, teman setia sebelas tahun ini.....


Saat  itu, di Nganjuk, 3 April 2011. 15.00 WIB


Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.