BETAPA RUWET NEGRIKU!
Catatan tanggal 29 Juli 2015
Pelajar wajib nyanyikan lagu Indonesia Raya setiap pagi. Untuk menumbuhkan nasionalisme, katanya.
Cinta tanah air, rela berkorban.
Eh, jadi ingat pasal 33 yang dulu saya hafalkan: Bumi, air, dan kekayaan yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan bla..bla..bla...
Pelajar wajib nyanyikan lagu Indonesia Raya setiap pagi. Untuk menumbuhkan nasionalisme, katanya.
Cinta tanah air, rela berkorban.
Eh, jadi ingat pasal 33 yang dulu saya hafalkan: Bumi, air, dan kekayaan yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan bla..bla..bla...
Hey, tadi pagi,
televisi memberitakan tentang dibolehkannya Freeport ekspor mineral
mentah. Kabarnya karena Freeport merugi 71 triliun. Statemen pembaca
beritanya panjang lebar tentang kerugian itu; memunculkan pertanyaan
mendasar dalam hatiku: sebenarnya, yang dikatakan rugi itu apa? Mereka
menombok, tekor? Atau keuntungan menurun, tidak sebesar sebelumnya?
Disaat siswa dan guru disuruh menyanyi (setiap hari) lagu Indonesia Raya atas nama nasionalisme; sumber daya alam kita diusung dan diangkut keluar negeri.
Dua kebijakan yang kontradiktif, yang dikeluarkan dari sumber yang sama. Karena aku kurang cerdas, maka aku tidak melihat itu sebagai suatu konsistensi.
Dimana ya, kesamaan rasa nasionalisme itu bertemu?
*Tuhan, betapa ruwetnya negriku!*
Disaat siswa dan guru disuruh menyanyi (setiap hari) lagu Indonesia Raya atas nama nasionalisme; sumber daya alam kita diusung dan diangkut keluar negeri.
Dua kebijakan yang kontradiktif, yang dikeluarkan dari sumber yang sama. Karena aku kurang cerdas, maka aku tidak melihat itu sebagai suatu konsistensi.
Dimana ya, kesamaan rasa nasionalisme itu bertemu?
*Tuhan, betapa ruwetnya negriku!*
Tidak ada komentar: