TERIAKAN ANEH KUKUK
(dimuat di KUMPULAN DONGENG BOBO NO 78, 12 DESEMBER 2012
Pak Wocis adalah pembuat jam dinding terkenal. Jam dinding rancangannya banyak disukai. Pak Wocis pintar memenuhi keinginan pelanggan. Pak Lodino puas dengan jam berbentuk kelinci merah jambu yang akan dihadiahkan untuk putri kecilnya. Mama Viva yang suka memasak membanggakan jam berbentuk ketel air. Jam itu akan berbunyi pada saat jarum panjang di angka dua belas. Tutup ketel itu akan terangkat diiringi dengan suara melengking. Persis suara ketel saat air mendidih!
Selain membuat jam, Pak Wocis juga mengoleksi banyak jam kuno di ruang kerjanya. Banyak jam-jam antik yang ditawar dengan harga mahal oleh para pemburu barang antik. Tapi Pak Wocis tak mau menjualnya.
“Kubeli dengan harga tinggi,” kata Klokio, seorang kolektor jam antik. Pak Wocis hanya tersenyum sambil mengelus-elus jam kukuk yang diminta Klokio. Jam itu berbentuk rumah yang terbuat dari kayu dan berukir halus. Didalamnya ada ayam jantan kecil yang akan keluar dan berteriak nyaring pada jam-jam tertentu.
Ada banyak pilihan teriakan tersedia. Pak Wocis merancang teriakan pukul empat pagi dengan “Selamat paaagiiiiii, ayo segera bangun!” Lalu pukul setengah tujuh pagi ayamnya akan berteriak “Selamat makan!” Begitu seterusnya. Pak Wocis merancang jamnya untuk berteriak saat tiba waktu makan, istirahat siang, membaca bersama, hingga tidur malam hari.
“Bagaimana jika aku membayar sepuluh keping emas?” Klokio masih berusaha merayu.
“Tidak, terima kasih,” jawab Pak Wocis.
Klokio tentu saja kecewa. Jam itu sudah memikat hatinya karena begitu indah dan unik. Klokio membayangkan, harganya pasti sangat mahal jika dijual lagi..
Malam itu, hujan turun sangat deras. Pak Wocis menutup tokonya lebih cepat. Udara yang dingin membuatnya mengantuk. Setelah makan malam, keluarga Pak Wocis beranjak tidur. Angin yang menderu-deru membuat mereka tidak mendengar saat pintu toko dicongkel pencuri. Pencuri itu mengendap-endap ke tempat jam kukuk disimpan.
Pagi hari, keluarga dan tetangga Pak Wocis gempar.
“Terkutuklah pencuri itu!” kata salah satu tetangga.
“Tidak, jangan berkata begitu. Doakan saja semoga mereka segera insaf,” kata Pak Wocis.
“Ah, kita tidak akan bisa mendengar teriakan lantang jam kukuk lagi!” sesal yang lain.
“Kalau memang milikku, pasti akan kembali,” kata Pak Wocis yakin. Ia tersenyum melihat kotak kecil yang ditinggal pencurinya. Kotak kecil itu biasanya bersebelahan dengan jam kukuk.
Satu minggu kemudian, di sebuah rumah , Klokio memandangi jam kukuk yang sekarang dipajang di kamar khusus. Kamar ini penuh barang antik, mulai dari kursi, meja kecil, piring, gelas, mangkok, guci, pot dan lain-lain.
Klokio sangat puas. Baru saja jam itu diantarkan oleh dua pencuri yang disewanya. Nanti siang Klokio akan menjamu seorang pedagang kaya yang bernama Pak Goldi. Pak Goldi ingin melihat jam kukuk. Klokio sudah menceritakan kehebatan dan keunikan jam kukuk. Klokio yakin, Pak Goldi pasti akan membeli dengan harga mahal.
“Mari makan siang bersama,” kata Klokio dengan bersemangat. Matanya melirik ke arah jam kukuk.
“Sebentar lagi jam itu akan berteriak. Kau akan tahu uniknya teriakan itu,” pamer Klokio. Pak Goldi mengangguk-angguk.
Benar sekali! Pukul dua belas, ayam kukuk keluar dari rumah kayu dan berteriak nyaring.
“Selamat maakaaaaannnn!”
Aih, benar-benar teriakan yang unik dan lucu! Pak Goldi tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Ayam kukuk kembali masuk ke dalam rumahnya. Namun, satu menit kemudian ia keluar lagi.
“Pencuuuriiiii! Kembalikan akuu!!” teriaknya lantang. Pak Goldi terkejut sekali. Klokio apalagi.
Oh, oh, sungguh memalukan!
“Apa maksud teriakan itu?” tanya Pak Goldi
“Aku tidak tahu,” Klokio menjawab gugup. Tentu saja jawaban itu tidak memuaskan Pak Goldi.
“Jam itu memang unik, tapi teriakan yang terakhir tidak enak didengar!” tegas Pak Goldi. Klokio sangat malu. Akhirnya Pak Goldi tidak jadi membeli jam kukuk.
Klokio melewati hari hingga malam dengan gelisah. Teriakan-teriakan itu tetap muncul berkali-kali. Klokio tidak tahu bagaimana menghentikannya. Tidak mungkin ia menawarkan jam tersebut jika teriakan itu masih ada.
Beberapa hari kemudian, Pak Wocis mendapati jam kukuk itu di depan pintu toko. Ada kertas di dalam kotakpembungkusnya yang berisi: “Teriakannya menjengkelkan!”
Pak Wocis membawa jam kukuk ke dalam ruang kerjanya. Sambil bersiul-siul ia menyimpan jam kukuk di dinding semula, menyambungkannya dengan kotak kecil disebelahnya. Ternyata, Pak Woicis sudah merancang jam kukuk sedemikian rupa sehingga jika dipisahkan dari kotak kecil itu maka teriakannya akan berbeda.
Pak Wocis cerdik, bukan?
Tidak ada komentar: